Friday, January 04, 2008

Mengunjungi tanah kelahiran Singamangaraja di Bakkara.

Saya sebagai orang Batak,sejak belajar di Sekolah Dasar di Desa Simarmata,pulau Samosir,telah mengetahui bahwa orang Batak punya seorang Raja,yang sakti,namun berbeda dengan Raja didaerah lain,Raja Singamangaraja tidak punya otoritas kepada rakyatnya.Dia lebih condong kepada keteladanan perilaku,dianggap sebagai pimpinan agama parmalim,atau lebih sering disebut sebagai agama suku,sebelum agama Kristen datang dibawa oleh para missionaris Jerman. Singamangaraja dikatakan punya kesaktian,namun kesaktiannya banyak dipergunakan untuk pengobatan. Sebagai pimpinan agama suku,Singamangaraja digelari OMPUI,gelar mana kemudian berpindah kepada Dr Nomensen,penginjil yg berhasil menjangkau Tapanuli dan bermarkas di Pearaja Tarutung.Keduanya dianggap berjasa dalam mengayomi dan memajukan masyarakat Tapanuli/Batak.Persahabatan juga terjalin antara Singamangaraja XII dan Dr Nomensen. Nomensen tidak mau diperalat oleh kaum penjajah Belanda,dia berdiri sendiri sebagai pekabar Injil,dan Singamangaraja XII melawan penjajah Belanda dan tidak bermusuhan dengan pekabar Injil,karena diantara mereka banyak persamaan,terutama dalam kemanusiaan.
Pada bulan Desember 2007,kebetulan saya sekeluarga pulang kampung ke Sumut,tepatnya Samosir,karena ada dua acara yang harus kami ikuti,pertama Pesta Ulang Tahun ke-80,ibu mertuaku,Ny.MSM Sinaga br Silalahi-Sihaloho yg berlangsung di Desa Sinaga Uruk,desa tempat kelahiran Bapak Mertua,Almarhum MSM Sinaga,Bupati Tapanuli Utara periode 1968 s/d 1978. Kedua adalah meminta izin dari para ipar saya,hula-hulaku, paman(tulang) dari anak-anak saya,sehubungan rencana pernikahan anakku Barita Marthin Parluhutan Simarmata dengan pilihannya Esther br Siregar.Sesuai dengan adat Batak,hal tersebut harus dilakukan,terutama karena Barita adalah anak sulung di keluargaku. Acara yang kedua ini berlangsung di Silintong Hotel,Tuk-tuk Siadong, Tomok,Samosir. Hotel ini adalah milik mertuaku,suatu usaha yg mereka buat,setelah pensiun dari tugas negara,bapak pensiun sebagai kolonel, dan ibu pensiun dari anggota DPRD Sumut.
Ditengah-tengah kedua acara itu, tentu saja kami berhari Natal 25 Desember 2007 dan ber Tahun Baru 1 Januari 2008 di Samosir,saya ada waktu lowong,dan kesempatan ini sangat langka.Karena saya mendapat bantuan pinjaman kendaraan dari PLN Wilawah Sumatera Utara(saya adalah pensiunan PLN Pusat),maka waktu yg kosong ini saya manfaatkan mengunjungi daerah Muara dan Bakkara. Kedua daerah ini berdekatan,namun berbeda kabupaten,Muara masuk kabupaten Tapanuli Utara,dan Bakkara masuk kabupaten Humbang Hasundutan,dan sama-sama dipinggir Danau Toba,diseberang pulau Samosir. Di Bakkara saya menemui makam keluarga Raja Singamangaraja XII. Raja Singamangaraja XII sendiri dimakamkan selaku Pahlawan Nasional di Balige,sedangkan yang ada di Bakkara adalah,tulang belulang dan makam Raja Singamangarana I s/d XI. Saya puas dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Pengasih,karena hal ini sudah lama saya inginkan,baru sekarang ini tercapai. Saya juga telah menyaksikan SALIB KASIH di PEARAJA-TARUTUNG,dan TAMAN WISATA IMAN di SIDIKALANG. Terima kasih ya BAPA.Penulis, Ir Berlin Simarmata MM.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home