Sunday, December 17, 2006

Berdialog dengan masyarakat Jeneponto.

Tanggal 16 Juli 1996,rombongan kami,yg terdiri dari Tim Amdal PLN Pusat,Tim Teknis Ditjen LPE,berangkat dari Jakarta menuju kota Ujung Pandang dengan menumpang pesawat Bouraq.Kami berangkat pagi hari dan sampai di Air Port Hasanuddin sekitar jam 10.oo pagi waktu setempat,dan kami langsung menuju Kantor PLN Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi.Rapat intern dilakukan bersama PLN Proyek Induk dan konsultan yg melakukan study rencana pembangunan PLTU Jeneponto dengan kapasitas 2x 125 MW,setara dengan 250 MW.Besoknya tanggal 17 Juli 1996,kami menuju kota Jeneponto,dan dengan mengambil tempat di kantor PEMDA Kabupaten Jeneponto,Publih Hearing atau Dengar Pendapat kami lakukan bersama masyarakat Jeneponto ,disaksikan oleh para pejabat terkait.Diskusi terutama soal ganti rugi lahan yang akan dipergunakan untuk PLTU ini,serta dampak lingkungan terutama soal pencemaran udara dan air laut yg berfungsi sebagai air pendingin PLTU.Semua sepakat agar PLTU ini cepat dapat dibangun,karena kapasitas daya terpasang pada sistim kelistrikan Sulawesi Selatan telah kritis.Sore hari kami kembali ke Ujung Pandang dan besoknya tanggal 18 Juli 1996,dengan mengambil tempat di kantor Bappeda Sulawesi Selatan,kami mengadakan diskusi dengan PEMDA Sulawesi Selatan.Hasilnya sangat positif,PEMDA mendukung pembangunan PLTU ini.Sore hari kami kembali ke Jakarta dengan pesawat Garuda.Selanjutnya hasil study akan diadakan perbaikan disana-sini,dengan memperhatikan masukan-masukan dari pertemuan di Jeneponto dan di Ujungpandang.Selanjutnya hasil study dikirim ke Komisi Amdal Departemen Pertambangan dan Energi untuk diproses lebih lanjut.Karena krisis politik dan ekonomi pada tahun 1998,pembangunan PLTU Jeneponto masih dalam proses.Mantan Wakil Ketua Tim Amdal PLN,Ir Berlin Simarmata MM.

Tuesday, December 12, 2006

Mengunjungi Timor Timur.

Saya mengunjungi Timor Timur pada tanggal 16 Januari 1996,jadi jauh sebelum merdeka seperti sekarang yg dikenal dengan Timor Leste.Keberangkatan kami kesana adalah dalam rangka study pembangunan PLTA Los Palos.Kami berangkat dari Jakarta pagi hari dengan pesawat Merpati dan stop sebentar di Surabaya,Denpasar dan Kupang.Kami sampai di Dili sudah sore hari dan langsung menuju Penginapan.Di Air Port Dili kami dijemput oleh Kepala PLN Cabang Dili.Besok harinya tanggal 17 Januari 1966,dengan mengambil tempat di kantor PLN Cabang Dili,kami mengadakan diskusi intern antara kami dari Tim Amdal PLN Pusat,Tim Teknis Amdal Direktorat Jenderal Listrik dan Energi Baru,Pejabat PLN Cabang Dili yg terkait dengan PLTA Los Palos,serta konsultan yg membuat study Amdal PLTA Los Palos. Besoknya pada tanggal 18 Januari 1966,kami mengadakan Public Hearing di kantor Pemda Kabupaten Los Palos.Pertemuan di hadiri oleh Pemda Kabupaten Los Palos,serta wakil-wakil dari masyarakat terutama LSM,Lembaga Swadaya Masyarakat.Karena kondisi keamanan dianggap belum kondusif,gangguan Fretelin disana-sini masih ada,maka kami berangkat pada pagi hari dan Publik Hearing dilakukan pada siang hari,lalu sore hari kami sudah kembali ke Dili,dengan mempergunakan empat kendaraan,termasuk pengawalan oleh aparat keamanan.Tanggal 19 Januari 1996,dengan mengambil tempat di kantor Gubernur Timor Timur,rapat Amdal yg dihadiri seluruh instansi terkait dari kantor Pemda Timor Timur,berjalan lancar.Semua sepakat bahwa untuk menunjang pembangunan di Timor Timur perlu segera direaliser pembangunan PLTA Los Palos yg diharapkan dapat menjadi tulang punggung kelistrikan di Timor Timur.Hasil rapat kemudian kami bawa ke PLN Pusat untuk diteruskan ke Departemen Pertambangan dan Energi,untuk mendapatkan pengesahan setelah terlebih dahulu melakukan Rapat Amdal yg dihadiri wakil-wakil dari Departemen terkait terutama kantor Kementerian Lingkungan Hidup(KLH).Bagaimana selanjutnya hasil study ini,tidak jelas karena perkembangan politik yang demikian cepat,setelah berakhirnya rezim Suharto,maka Timor Timur pun lepas dari pangkuan ibu pertiwi,dan jadilah ia menjadi negara Timor Leste.Wakil Ketua Tim Amdal PLN,Ir Berlin Simarmata MM.

Saturday, December 09, 2006

Dr Ir Kuntoro Mangkubroto yg saya kenal.

Karier puncak Pak Kuntoro adalah Menteri Pertambangan dan Energi,walaupun hanya 3 bulan,di akhir kekuasaan Presiden Suharto.Jabatan beliau sekarang adalah Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias.Sebelumnya pak Kuntoro pernah menjabat Dirjen Pertambangan, Dirut PT Timah dan Dirut PT Bukit Asam.Saat ada persoalan di PLN,Ir Adhi Satria mengundurkan diri sebagai Dirut pada zamannya GUS DUR sebagai Presiden,maka Dr Ir Kuntoro,mantan Menteri Pertambangan ditunjuk sebagai Dirut PLN.Saya mengenal Pak Kuntoro, karena kami sama-sama masuk ITB diujung tahun 1965,hanya beda jurusan,beliau mengambil jurusan Mesin dan saya jurusan Listrik.Kemudian dia memilih jurusan Teknik Industri tatkala ada pemekaran jurusan Mesin menjadi jurusan Mesin dan jurusan Teknik Industri.Kami lulus hampir bersamaan,hanya saya langsung menjadi pegawai PLN sementara dia menjadi dosen di almamater kami.Dia mengambil S2 di AS dan S3nya di ITB.Tatkala sama-sama menjadi mahasiswa,saya tidak melihat dari dia ada prestasi yg menonjol.Tidak pernah menjadi pimpinan mahasiswa,hanya dia aktif di Resimen Mahasiswa dan olah raga sepak bola.Namun kemudian hari saya terkagum-kagum melihat perkembangan kariernya,dari dosen di ITB,lalu menjadi Pembantu Asisten Menteri Muda Urusan Produksi Dalam Negeri,yg saat itu dijabat oleh Dr Ir Ginanjar Kartasasmitra dan seterusnya menjabat jabatan yg disebut terdahulu.Dari zaman orde baru sampai kepada orde reformasi Pak Kuntoro tetap exis.Namun pada saat dia menjadi Dirut PLN saya tetap menjaga jarak,karena memang tidak pintar untuk mendekatkan diri,walaupun sudal lama kenal dengan dia di kampus Ganesya. Alumni ITB Ir Berlin Simarmata MM.

Thursday, December 07, 2006

Dosen Elektroteknik ITB yg gemilang.

Istilah gemilang yg saya maksudkan disini adalah berhasil dalam bidang ilmiah yg ditandai gelar Doktor atau Profesor dan juga pengabdiannya/jabatannya diakui masyarakat.Saya masuk ITB jurusan Elektroteknik tahun 1965 dan meninggalkan kampus tahun 1973,termasuk terlambat karena ikut Demonstrasi menentang G 30 S/PKI.Satu persatu akan saya sebut dosen Elektroteknik yg memenuhi kriteria yg saya sebutkan diatas,adalah sbb:
1.Prof Ir R O Kosasih,dosen Elektroteknik dan sebagai Rektor ITB yg pertama.
2.Prof TM Sulaiman MSc,Ketua Jurusan Elektro pertama,dan atase Pendidikan RI di AS.
3.Prof Dr Samaun Samadikun,Dirjen Ketenagaan Departemen Pertambangan dan Ketua LIPI RI. 4.Prof Dr Ing Iskandar Alisyahbana,Rektor ITB dan Penggagas Proyek Satelit di RI dan pembicara diberbagai Seminar.
5.Prof Dr Sujana Sapiie,Rektor ITB dan Penasehat IPTN,pembicara di beberapa Seminar.
6.Prof Dr Ing KT Sirait,Dekan Fakultas Teknologi Indusrti ITB,Rektor UKI dan Anggota DPR RI.
7.Prof Dr Muhammadi,Pembantu Rektor ITB,Deputy Ketua LIPI RI,dan Anggota DPR RI.
8.Prof Dr Zuhal,Dirjen Listrik dan Energi Baru Departemen Pertambangan dan Menteri RISET dan TEKNOLOGI.
Dari kedelapan tokoh diatas Prof Dr Sujana Sapiie mempunyai kenangan tersendiri dengan saya,karena beliau adalah Pembimbing Tugas Sarjana saya bersama Dr Ir Firman Tambunan,Staf Ahli Menteri PUTL.Alumni Elektroteknik-ITB,Ir Berlin Simarmata MM.

Monday, December 04, 2006

Prof Wiranto Arismunandar yg saya kenal.

Melihat dari namanya beliau bersaudara dengan Jenderal Wismoyo Arismunandar mantan Kasad, dan Prof Artono Arismunandar mantan Dirjen Listrik dan Energi Baru.Prof Wiranto,pernah sebentar menjadi Menteri P&K,di akhir era Presiden Suharto.Beliau lama menjadi Rektor ITB, kalau tidak salah dua periode.Saya mengenal beliau secara dekat,pada saat mendapatkan kuliahnya Penggerak Mula,Prime Mover.Maksudnya alat-alat penggerak awal generator,agar generatornya dapat menghasilkan listrik.Beliau adalah guru besar di jurusan Mesin,dengan specialisasi motor bakar.Selama mendapatkan kuliah darinya,nampak orangnya santai,murah senyum,dan lebih senang hal-hal yg praktis,mungkin karena kami mahasiswa jurusan Listrik.Perkenalan saya kemudian agak lebih sering,pada saat beliau menjabat Pembantu Rektor Urusan Mahasiswa,di jamannya Prof Dody sebagai Rektor,karena beliau bertindak sebagai Pembina Asrama Mahasiswa ITB,dan saya salah seorang pengurus Asrama Mahasiswa ITB.Kemudian hari saya juga pernah meminta surat rekomendasi kepadanya,pada saat saya menjabat Ketua I Majelis Permusyawaratan Mahasiswa ITB,agar saya dapat diperkenankan menompang menginap di Asrama Mahasiswa UI-Daksinapati Rawamangun,selama kerja praktek di PLTU Priok dan LMK selama tiga bulan.Kesan saya pribadi kepada beliau,sesungguhnya beliau adalah seorang guru besar teknik,bukan politisi.Makanya pada saat beliau menjadi Rektor ITB dianggap banyak pihak kurang berhasil,demikian juga pada saat menjadi Menteri Pendidikan selama tiga bulan.Tetapi hidup beliau adalah seorang yg sederhana.Alumni ITB,Ir Berlin Simarmata MM.

Sunday, December 03, 2006

Prof Samaun Samadikun yg saya kenal.

Baru-baru ini,di awal bulan Nopember 2006,salah seorang putra terbaik dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.Beliau adalah Prof Dr Samaun Samadikun,jabatan terakhirnya adalah sebagai Ketua LIPI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,sebelumnya juga pernah menjabai sebagai Direktur Jenderal Ketenagaan Departemen Pertambangan dan Energi.Saya mengenal beliau secara dekat adalah pada saat mendapatkan kuliahnya di ITB,Pengantar Elektronika,suatu mata kuliah yang sangat dia sukai,dan gelar Doktornya dalam bidang itu didapatkannya dari salah satu universitas di Inggris.Buat kami sebagai mahasiswa Teknik Tenaga Listrik,kuliah ini hanyalah sebagai pelengkap.Namun karena kuliah pelengkap itulah,dan beliau membawakannya dengan enak dan santai,kami menjadi tertarik.Selama kuliah satu semester,terlihat bahwa beliau benar-benar seorang guru besar,seorang yg rendah hati.Pernah terjadi satu peristiwa kecil,pada saat saya menjadi Ketua Tim Akademis dari Himpunan Mahasiswa Elektroteknik,berdiskusi dengan staf pengajar Jurusan Elektroteknik,dipimpin oleh Ketua Jurusan Dr Muhammadi.Pada saat diskusi berlangsung,tiba-tiba Dr Muhammadi dipanggil oleh Rektor pada saat itu Prof Dody Tisnaamijaya,dan spontan Dr Muhammadi menunjuk Prof Dr Samaun Samadikun meneruskan memimpin diskusi.Satu hal yg saya kagumi,beliau menerima dengan baik,walaupun beliau lebih senior dari Dr Muhammadi,dan kemudian melaporkan hasil diskusi dengan sopan.Beliau sungguh seorang Demokrat,seorang ilmuan,seorang birokrat.Pada saat beliau menjadi Dirjen Ketenagaan,beliau mendampingi Menteri Pertambangan dan Energi Prof Dr Subroto meninjau Load Dispatching Centre di Waru,yg melakukan pengaturan beban listrik di Jawa Timur,saya sengaja agak menjauh, karena beliau sudah menjadi orang besar,sementara saya hanya seorang Insinyur Baru yang kebetulan menjadi Kepala Gardu Induk Waru.Rupanya beliau memperhatikan saya,karena pernah menjadi mahasiswanya,saya ditegurnya dan kamipun bertukar informasi tentang berbagai hal.Saya sangat mengenangnya,karena kebaikannya,semoga arwah beliau diterima disisi-Nya.Alumni ITB,Ir B Simarmata MM.

Saturday, December 02, 2006

Dr Midian Sirait yang saya kenal.

Dr Midian Sirait mencapai karier puncak sebagai Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Sebelumnya beberapa tahun menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar,karena dalam proses kelahiran partai Golkar,beliau menjadi salah satu konseptornya. Saya mengenal beliau,pada saat saya diterima menjadi mahasiswa ITB,beliau menjabat sebagai Pembantu Rektor Urusan Kemahasiswaan.Pengalaman yang menarik untuk saya tuliskan dalam catatan ini adalah soal demokrasi kita.Pada tahun kedua saya kuliah di ITB,Rektor Kol Ir Kuntoaji dipromosikan menjadi Direktur Utama BAPINDO.Lalu diakanlah pemilihan Rektor oleh Dewan Dosen,atau staf pengajar tetap ITB.Pada tahap pertama,diajukan calon sebanyak-banyaknya,dan lima suara terbanyak akan dipilih menjadi tiga suara terbanyak,dan ketiga orang ini akan diajukan kepada Presiden melalui Menteri.Pada pemilihan pertama terdapat banyak nama,yg saya ingat antara lain Prof Dr Dody Tisnaamijaya,Pembantu Rektor Urusan Administrasi dan Keuangan,Prof Dr M Sirait,dan banyak tokoh-tokoh nasional lain.Pada tahap ini,Prof Dody mendapat suara 169,sedang Prof Sirait hanya mendapat 7 suara.Dengan sendirinya Dr Midian langsung tersisih pada tahap pertama,karena suaranya sangat jauh dari 5 besar.Yang menjadi pemikiran bagi saya,kenapa suara untuk Dr Sirait begitu sedikit,pada hal beliau dengan Prof Dody sama-sama Pembantu Rektor,sama-sama guru besar,Sirait di Farmasi,sementara Dody di Biologi? Akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan,walaupun tidak pasti benar:Ternyata walau dosen-dosen ITB itu relatif adalah kaum ientelektual,yg lebih mementingkan logika,rupanya faktor suku dan agama masih besar pengaruhnya.Jadi sulit bagi seorang Batak yg Kristen untuk menang dalam pemilihan langsung.Hal inipun kemudian dilakukan oleh Dr Sirait,dia disamping terus menjadi dosen, aktif di Partai Golkar dengan mengandalkan menjual konsep kepada pihak penguasa,artinya bagi orang Batak Kristen di negara ini,sulit menjadi pemimpin yg terpilih,tetapi menjadi pemimpin yg ditunjuk ada harapan.Maka Dr Midian Sirait menjadi anggota DPR RI,sementara Dr Dody menjadi Rektor ITB,lalu kemudian hari merekapun sama-sama menjadi Dirjen,Dody menjadi Dirjen Perguruan Tinggi dan Midian menjadi Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan.Alumni ITB,Ir B Simarmata MM.